Kalaupun bikers memperbincangkan perbedaan, fokusnya pada mesin. ”Mesin CS-1 tegak, sedangkan mesin Athlete mendatar,” begitulah komentar yang terlontar dari mereka setelah meneliti kedua motor ini.
Bahkan ketika petugas Honda dipancing untuk mengomentari perbedaan CS-1 sama dengan Athlete secara teknis, ungkapan tersebut muncul lagi. Komentarnya sama, sekitar mesin vertikal dan horisontal.
Padahal, perbedaannya cukup banyak dari aspek teknik. Namun, masalah harga tidak bisa dilupakan. Selisih harga cukup mencolok. Si Furi Filipina ini ditawarkan dengan harga Rp 16.300.000, sedangkan CS-1, yang memang sangat menggoda penampilannnya, dibanderol oleh Honda Rp 17.275.000. Perbedaannya mencapai Sejuta lebihlah.
Persamaan – Selain posisi tangki Athlete yang di depan sedangkan Honda Cs-1 di bawah Jok, keduanya memilih model “cast wheel” yang juga mirip, jari 5 x 2. Posisi knalpotnya sama pula. Ada juga tambahan “air scoop” pengarah aliran udara di bawah mesin. Keduanya menggunakan rem cakram untuk roda depan dan belakang (namun desainnya berbeda). Plus, suspensi belakang sama-sama monoshock. Karena itu, wajarlah para biker membandingkan kedua motor ini.
Kawasaki sendiri, dalam strategi pemasarannya, membandingkan Athlete dengan Honda CS-1 dan Suzuki Satria. Berdasarkan format kuadran yang dibuat oleh Kawasaki, mereka menempatkan produknya antara Sporty dan Classy. CS-1 ditempatkan di tengah-tengah Classic dan Classy yang kental dengan penampilan Sporty. Untuk Satria, orang-orang “Kawak” menaruhnya di antara Elegan dan Classic. Dari cara berpikir orang Kawasaki tersebut sudah dapat disimpulkan, mereka mengakui soal penampilan CS-1 yang sangat sporty.
Dari segi penampilan, CS-1 lebih disukai terutama desain lampu. Honda juga menonjolkan rangka delta boks motor ini, sedangkan Athlete berdesain lampu lebih sederhana dan tidak menonjolkan rangka.
Mesin – Spesifikasi dan karakteristik mesin motor ini sangat berbeda. CS-1 menggunakan mesin dengan pendingin air yang dilengkapi dengan radiator dan kipas. Hal ini membuat mesin CS-1 lebih rumit, memerlukan perawatan yang lebih intens, namun dari segi performa tentu saja lebih oke!
Sebaliknya, Athlete memakai mesin dengan pendingin udara atau masih mengandalkan sirip-sirip. Tentu saja lebih praktis dan ringkas, di samping itu menjadikannya lebih ringan karena tidak ada air, radiator, dan kipas.
Karena tipe mesin yang digunakan CS-1 adalah “high performance”, untuk menjaga kinerja tetap stabil, terutama saat berada di dalam kota dengan lalu lintas yang macet, Honda melengkapinya dengan pendingin air atau radiator. Di samping itu, agar mendapatkan pendinginan lebih baik dan kompromi lainnya, mesin dipasang agak vertikal. Itu mirip dengan kebanyak mesin motor sport.
Kedua motor menggunakan mesin yang sama kapasitasnya, 125 cc. Namun, CS-1 unggul dalam performa. Dengan perbandingan kompresi 10,7 : 1, mesin CS-1 menghasilkan tenaga 9,44 kW atau 12,8 PS. Itu pun dihasilkan @10.000 rpm. Ciri khas mesin sport sejati!
Bandingkan dengan Athlete, 9,9 PS @8.000 rpm. Meski kurang agresif, namun Athlete dipastikan bisa diajak santai, terutama di lalu lintas kota yang padat, sedangkan mesin CS-1 dipastikan maunya “ngebut” melulu. Di samping dengan perbandingan kompresi yang tinggi, CS-1dipastikan minta bensin yang lebih berkualitas, beroktan 92 atau 95, sedangkan mesin Athlete bisa berkompromi dengan premium.
Perbedaan Mesin Honda CS-1 vs Kawasaki Athlete
Honda CS-1 | Kawasaki Athlete | |
Tipe | 4 langkah, SOHC, | 4-langkah, SOHC, 2 katup, |
Sistem pendingin |
Air, radiator dengan kipas listrik |
Udara |
Diameter x langkah mm | 58 x 47,2 | 56 x 50,6 |
Kapasitas cc | 124,7 | 124,6 |
Perbandingan kompresi | 10,7 | 9,8 |
Sistem pasokan bahan bakar | Karburator | Karburator, Keihin PB18 |
Tenaga maks. | 12,8 PS @10.000 rpm | 9,9 PS @8.000 rpm |
Torsi maks. | 10,2 Nm @7.500 rpm | 8,6 Nm @6.000 rpm |
Kendati Honda mengklaim CS-1 sebagai “top city ride”, berdasarkan spesifikasi di atas, justru Athlete yang lebih mendekati karena tenaga dan torsinya diperoleh pada putaran lebih rendah.
CS-1 dipastikan unggul untuk mereka yang punya nyali tancap gas pada kecepatan tinggi.
Suspensi Belakang – Meski suspensi belakang kedua motor ini dasarnya sama, monoshock, namun karena posisi pemasangan peredam kejutnya berbeda, masing-masing digunakan untuk kondisi tertentu. Punya Honda tegak lurus, sedangkan ‘Kawak’ miring (hampir horizontal) dan tampak dari luar.
Dengan posisi peredam kejut yang horizontal, Athlete menghasilkan bantingan yang lembut karena tidak langsung beraksi dibandingkan jika posisinya tegak lurus. Untuk peredam kejut yang dipasang vertikal atau tegak, itu akan langsung menghasilkan bantingan. Hasilnya, CS-1 cocok untuk jalanan mulus, sedangkan Athlete bisa berkompromi dengan permukaan jalan, misalnya lubang dan polisi tidur.
Honda harus memasang peredam kejut dengan posisi tegak karena ruang mesin makin sempit. Selain ada mesin, juga ada tambahan ruang untuk radiator. Pilihan lainnya, mesin juga harus diposisikan agak vertikal.
Berikut ini perbedaan transmisi dan dimensi kedua motor:
Honda CS-1 |
Kawasaki Athlete |
|
Kopling |
Manual, basah Multi-plat |
Manual, basah Multi-plat |
Transmisi | 5 percepatan | 4 percepatan, rotari |
Starter | Elektrik dan kaki | Elektrik dan kaki |
Dimensi | ||
Panjang mm | 1.932 | 1.920 |
Lebar mm | 682 | 695 |
Tinggi mm | 1.042 | 970 |
Jarak sumbu roda mm | 1.251 | 1.240 |
Jarak terendah mm | 130 | 1.50 |
Berat kg | 140 | 104 |
Tangki BBM (liter) | 4,1 | 5,2 |
Ban Depan | 70/90-17M/C38P | 2.50-174PR |
Belakang | 80/90-17M/C44P | 2.75-174PR |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar